Setelah sukses besar dengan film “Agak Laen” dan “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film”, Imajinari kembali hadir dengan gebrakan konsep cerita baru berjudul “Cinta Tak Seindah Drama Korea” . Harapan tinggi tentunya dipasang untuk film yang ditulis dan disutradarai oleh Meira Anastasia ini. Namun sayang sekali, ketika dirilis di bioskop tanggal 5 Desember 2024, film yang dibintangi bintang-bintang keren seperti Lutesha, Jerome Kurnia, Ganindra Bimo, Anya Geraldine dan Dea Panendra ini justru terjun bebas dengan perolehan penonton yang hanya 49 ribuan. Jumlah penonton yang cukup menyakitkan jika melihat ekspektasi dari rumah produksi yang sempat meraih jumlah penonton sebanyak lebih dari 9 juta lewat film “Agak Laen” ini.
Maksud Hati Ingin Seperti Drakor, Jadinya Mendekati Sinetron
Cerita film “Cinta Tak Seindah Drama Korea” berfokus tentang Dhea (Luthesa) yang dihadiahkan tiket liburan ke Korea dari pacarnya, Bimo (Ganindra Bimo), bersama dua sahabatnya Kikan (Dea Panendra) dan Tara (Anya Geraldine). Sesampainya di Korea, Dhea tanpa sengaja bertemu Julian (Jerome Kurnia) yang merupakan cinta pertamanya di SMA. Sejak pertemuan itu, konflik mulai bermunculan terutama perasaan, masa lalu, dan pilihan hati. Sebenarnya konsep cerita awalnya menjanjikan dibuat seperti Drakor dengan konflik emosional dan twist tentang cinta pertama yang klasik tapi selalu menarik perhatian. Seperti Drakor juga, film ini terlihat ingin membawa suasana layered storytelling yaitu ada cerita cinta, persahabatan, trauma masa lalu dan pilihan sulit dalam hidup. Namun, inilah titik krusial yang malah jadi bumerang. Alih-alih menjadi sebuah kisah yang berlapis dan emosional, film “Cinta Tak Seindah Drama Korea” seperti menumpuk konflik tanpa nafas. Terasa terburu-buru dan sayangnya malah membuat setiap layer terasa setengah matang. Beberapa momen yang seharusnya menjadi klimaks atau emotional payoff malah seperti ‘numpang lewat’ yang tidak ada kesan mendalam.

Script-nya Melelahkan, Eksekusinya Membingungkan
Salah satu kekurangan dari film “Cinta Tak Seindah Drama Korea” adalah script yang terasa seperti lari sprint selama dua jam tanpa jeda. Setiap adegan berpindah cepat tanpa alasan yang cukup kuat. Beberapa konflik tampak hanya hadir untuk sekedar menambah unsur drama daripada memperkuat cerita utamanya. Bahkan chemistry antar karakter terkadang terasa kurang pas. Padahal, secara karakter, film ini punya pondasi yang cukup kokoh, Dhea sebagai karakter utama yang punya background yang jelas. Begitu pula kedua sahabatnya,Tara dan Kikan, yang mewakili dua sisi yang berbeda dalam hidup Dhea: si jutek dan si ceplas-ceplos penuh humor. Sebagai penonton, kita bisa memahami siapa mereka dan kenapa mereka bertindak. Ini sebuah pencapaian kecil di tengah kekacauan ritme ceritanya.

Lutesha VS Peran: Aura Tegas Yang Masih Belum Move On
Lutesha sebenarnya adalah aktris yang dengan kemampuan akting yang solid. Tapi sayangnya, kali ini dia berada di antara dua dunia. Peran Dhea menuntut aura perempuan yang girly namun galau, tapi Lutesha masih memancarkan citra perempuan tegas dan bad*ss seperti peran-peran yang sering dia mainkan sebelumnya. Ini membuang beberapa adegan emosional terasa kurang greget. Bukan karena Lutesha tidak mampu memerankannya, tapi lebih ke soal ‘aura yang belum move on’. Sebaliknya, Jerome Kurnia justru menjadi penyelamat. Aktingnya sebagai Julian begitu natural dan effortless. Terlihat dari bahasa tubuhnya, cara bicara, sampai tatapan matanya yang bikin mleyot, seolah menonton second lead male actor yang ada di Drakor sesungguhnya. Sementara itu, Dea Panendra hadir dengan performa yang menyegarkan. Komedi yang dia bawa tidak terasa dipaksakan dan menjadi penyeimbang di tengah kisah cinta yang overthinking ini.

Miscasting dan Lebih Bagus Kalau Dibuat Serial
Film “Cinta Tak Seindah Drama Korea” mungkin ‘menderita’ karena keputusan casting yang kurang tepat. Beberapa pemain memang tampil baik, namun seperti tidak cocok dengan peran yang dimainkannya. Akibatnya, relasi antar karakter terasa lebih seperti akting ketimbang hubungan yang tumbuh secara alami. Alih-alih menjadi film, sepertinya justru akan lebih solid hasilnya jika dibuat serial maksimal 12 episode. Layer di konfliknya bisa diberi ruang untuk bernafas, setiap karakter bisa lebih dikembangkan secara mendalam dan momen-momen penting bisa diberi build-up yang layak. Sayangnya semua itu dirangkum dalam film berdurasi dua jam, jadinya terasa terburu-buru dan overpacked.
Kesimpulan: Cinta Tak Seindah Ekspektasi
Film “Cinta Tak Seindah Drama Korea” adalah sebuah film yang sebenarnya punya niat baik, tapi kurang rapi dalam menyampaikannya. Film ini ingin menjadi drama berlapis seperti Drakor, namun malah jatuh pada jebakan klise dan eksekusi yang melelahkan. Meski demikian, film ini tidak sepenuhnya gagal, karena kita masih dimanjakan sama performa akting Jerome Kurnia dan Dea Panendra, serta pengembangan karakter yang cukup rapi. Untuk yang sekedar ingin menikmati hiburan ringan bertema cinta-cintaan dengan latar Korea, film ini masih layak ditonton. Tapi, untuk yang berharap akan kisah yang kompleks layaknya Drakor, mungkin dari judul filmnya sudah cukup sebagai peringatan awal: Cinta Tak Seindah Drama Korea.