Sebagai bangsa yang (katanya) gemar mengulang sejarah buruk, tentu kita tak asing dengan eksploitasi buruh. Nah, alih-alih belajar dari kesalahan, kini kita bisa “menikmatinya” dalam bentuk hiburan! Film Pabrik Gula karya Awi Suryadi berhasil mengemas trauma kolektif ini menjadi tontonan horor yang (mungkin) bikin deg-degan.
Dikisahkan, sekelompok pekerja musiman datang ke pabrik gula dengan harapan hidup lebih baik-sebuah optimisme yang tentu saja berakhir dengan jeritan dan air mata. Seperti film horor Indonesia kebanyakan, kehadiran mereka malah membangunkan roh-roh penasaran yang sepertinya sudah bosan gentayangan tanpa penonton.

Dari segi cerita, film ini punya kemiripan dengan KKN di Desa Penari, tapi dengan “bumbu gula” yang lebih pekat. Kita disuguhi mitos, ritual, dan aturan-aturan konyol yang jika dilanggar, bisa membuat karaktermu berakhir menjadi poster orang hilang. Konsep rule-based horror di sini cukup solid, tentu dengan latar yang lebih lokal: pabrik yang penuh dengan mesin tua berkarat dan misteri yang lebih tua lagi.
Rule-based horror adalah konsep dalam film horor di mana dunia cerita memiliki aturan khusus yang harus dipatuhi oleh karakter pemainnya. Jika aturan ini dilanggar, maka konsekuensinya akan mengerikan. Konsep ini digunakan untuk membangun ketegangan dan memberikan struktur yang jelas pada ancaman dalam cerita.
Contoh dalam film The Ring (2002): Jangan menonton kaset video misterius, atau kamu akan mati dalam tujuh hari, atau film A Quiet Place (2018): Jangan bersuara, atau mahluk mengerikan akan datang.
Dalam film Pabrik Gula, aturan berupa larangan tertentu yang berkaitan dengan mitos yang terjadi ditempat tersebut dan juga ritual yang harus diikuti agar tidak memicu kemarahan entitas gaib. Ini membuat karakter pemainnya harus berhati-hati dan memberikan elemen strategi dalam bertahan hidup, bukan hanya sekedar lari dan berteriak.

Visual dalam film ini jelas patut diacungi jempol. Pabrik tua yang remang-remang dengan suara mesin berdecit menciptakan suasana yang sukses bikin penonton was-was. Pengambilan gambar yang cerdas dan framing intimidatif membuat kita seolah berada ditengah kengerian itu sendiri-meski dibeberapa momen kita mungkin lebih takut kepada akting yang kaku daripada hantunya sendiri.
Nah, soal hantunya sendiri, film Pabrik Gula benar-benar tidak pelit. Ada mahluk tinggi bertanduk, kepala buntung belanda, hantu bersepeda sampai mahluk gosong. Sayangnya, dengan beberapa entitas ini, hanya satu yang mendapat latar belakang cerita yang cukup mendalam. Mungkin sisanya menunggu giliran sekuel, atau malah sedang “sibuk ikut antrean bansos”.
Jumpscare di film Pabrik Gula ini? Oh, tentu ada! Bahkan mungkin terlalu banyak. Jika kamu penggemar horor subtil dengan atmosfer yang menggerayangi pikiran, maka film ini mungkin bukan untukmu. Tapi jika kamu menyukai suara yang menggelegar mendadak yang membuat popcorn kamu terbang, silahkan nikmati film Pabrik Gula ini.
Salah satu aspek yang paling menonjol alam film Pabrik Gula ini adalah scoring dan desain suara yang bombastis. Kombinasi musik yang menegangkan dan efek suara ang menusuk telinga membuat degan-adegan mencekam terasa lebih hidup-atau lebih tepatnya, membuat jantung penonton bekerja lebih keras.
Namun, di balik keunggulannya ada satu kelemahan yang cukup mencolok, yaitu pengembangan karakter yang setipis tissue! Motivasi mereka tidak tergali dengan baik sehingga keputusan-keputusan mereka kerap terasa bodoh dan sulit untuk di simpati. Tapi, mungkin itu sudah “tradisi” film horor Indonesia: semakin absurd keputusan karakternya, semakin dekat mereka dengan ajal.
Terlepas dari semua itu film Pabrik Gula tetap menjadi hiburan horor yang cukup mengasyikan, terutama jika ditonton ramai-ramai saat Lebaran. Dengan campuran antara kengerian dan komedi, film ini mungkin tak sempurna tapi setidaknya cukup manis-seperti gula yang tetap bikin ketagihan meski kita tahu dampaknya tidak selalu baik bagi tubuh kita.
Film Pabrik Gula tayang mulai tanggal 31 Maret 2025 dan merupakan salah satu dari lima film Lebaran yang tayang di tahun 2025 ini.
