Rumah produksi Starvision kembali beraksi dengan film drama terbaru mereka, Komang, yang diangkat dari kisah nyata perjalanan cinta seorang stand-up comedy sekaligus musisi, Raim Laode, dan pujaan hatinya, Komang. Tentu saja , karena cerita nyata selalu lebih menarik daripada yang dibuat-buat…. atau setidaknya itu yang mereka harapkan.
Dengan menggandeng Keisha Alvaro sebagai Raim dan Aurora Ribero sebagai Komang, film ini mencoba menyajikan kisah cinta yang, yah, semanis lirik lagunya. Sutradara Naya Anindita pun tampaknya benar-benar ingin memastikan mata penonton tetap dimanjakan, karena sinematografinya yang sangat luar biasa. Visualnya begitu indah, terutama saat menampilkan lanskap Bali yang eksotis. Jadi, kalaupun ceritanya kurang greget, setidaknya kita masih bisa menikmati berbagai pemandangan yang indah.

Salah satu aspek yang patut diapresiasi adalah penggunaan logat Bali yang terdengar natural. Tidak ada kesan ‘sok Bali’ yang seringkali menghantui film-film bertema budaya lokal. Dialognya mengalir, tidak seperti skrip yang dibaca oleh Google Translate, dan itu sudah merupakan pencapaian besar.
Ayu Laksmi, dengan pesona khasnya, semakin memperkuat nuansa Bali dalam film ini. Karena, ayolah, apa jadinya film berlatar Bali tanpa kehadiran sosok yang benar-benar membawa ruh budaya lokal?
Nah, soal cerita, di tangan Evelyn Afnilia, alur perjalanan cerita Raim dan Komang berhasil dikemas dengan tempo yang pas. Tidak ada drama bertele-tele yang bikin penonton mendadak mengecek jam tangan atau sibuk scrolling HP. Chemistry antara Keisha dan Aurora juga cukup menyatu, tidak terasa seperti dua orang asing yang di paksa jatuh cinta demi kebutuhan produksi. Romantisnya dapat, tapi tidak sampai bikin kita bergidik karena terlalu lebay.
Akting Keisha? Boleh lah diacungi jempol. Sebagai tokoh utam yang harus menanggung beban emosional dan ekspektasi cerita, dia cukup sukses menyampaikan perjuangan cinta Raim. Di sisi lain unsur komedi yang dihadirkan Arie Kriting juga bekerja baik. Tidak terasa maksa, tidak terlalu receh, tapi cukup membuat penonton tertawa tanpa mengorbankan esensi cerita. Setidaknya, kita tidak perlu berpura-pura tertawa hanya demi menghargai usaha komedinya.

Secara keseluruhan, Komang adalah film yang ringan tapi tetap menyentuh. Makna lagu Raim Lade yang menjadi inspirasi film Komang semakin tergambar jelas-dan kalau sebelumnya kita cuma menikmati lagunya tanpa tahu kisah di baliknya, sekarang kita bisa paham bahwa ini bukan sekedar lagu cinta biasa.
Lebih dari itu, film Komang juga menyajikan realitas kehidupan, termasuk soal toleransi budaya dan agama dalam hubungan asmara. Jadi, kalau biasanya film romantis hanya berkutat pada kisah cinta yang begitu-begitu saja, film Komang setidaknya mencoba memberikan sentuhan yang lebih bermakna. Meski tentu saja, tetap ada beberapa momen yang membuat kita berpikir “Oke, ini film atau atau video klip dengan durasi panjang?” Tapi, hei, kalau bisa menikmati keindahan Bali selama dua jam sambil dihibur kisah cinta yang menghangatkan hati, kenapa tidak? Kalau saya sih YES!
thanks for info.