Kim Soo-hyun VS Youtuber: Ketika Gosip Dijual Lebih Mahal dari Kebenaran

Di negeri yang katanya menjunjung tinggi etika dan keadilan, rupanya ada spesies langka yang merasa kebal hukum hanya karena punya akun YouTube dan mikrofon murah. Aktor papan atas Kim Soo-hyun bersama agensinya, Gold Medalist, kembali mengambil langkah hukum terhadap Kim Se-ui—seorang penganut “konten adalah segalanya”, yang dikenal sebagai operator saluran YouTube Garo Sero Institute alias Gaseyeon. Tuduhannya? Stalking. Bukan cuma nyerocos ngawur soal kehidupan pribadi, tapi sudah masuk ke ranah kriminal.

Tanggal 30 April 2025, Gold Medalist mengeluarkan pernyataan resmi: mereka lagi-lagi melayangkan gugatan karena ulah Kim Se-ui yang tak kunjung insaf. Sebelumnya, pada 1 April 2025 (iya, pas April Mop), gugatan pertama sudah dilayangkan. Tapi bukannya berhenti, si YouTuber justru makin rajin menyebar “kebohongan kreatif” yang kalau dicetak bisa jadi novel fiksi kriminal.

Lucunya, meski pihak berwenang sudah menyatakan bahwa ulah Kim Se-ui itu jelas-jelas termasuk tindak stalking, dan pengadilan sudah mengeluarkan surat perintah pada 23 April untuk menghentikan aksi tersebut—Kim Se-ui tetap saja siaran. Mungkin dia pikir keputusan pengadilan itu cuma efek visual dalam drama Korea.

Kim Soo-hyun (foto Esquire Kore)

Tanggal 24 April, surat perintah resmi dikirim. Tapi apa daya hukum di hadapan seorang content creator yang merasa dirinya lebih kuat dari sistem peradilan? Kim Se-ui tetap melanjutkan serangannya via kanal YouTube-nya, seolah-olah dia protagonis yang sedang melawan “tirani kebenaran”.

Pihak agensi pun menegaskan bahwa tindakan ini jelas melanggar hukum dan bisa berujung pada hukuman penjara dua tahun atau denda hingga 20 juta won. Tapi sepertinya, bagi mereka yang menjual adu domba dan teori konspirasi sebagai konten viral, angka itu belum cukup untuk membuat jera.

Kita hidup di era ketika seorang aktor harus melindungi dirinya bukan dari paparazzi, bukan dari rumor industri, tapi dari keyboard warrior berwajah kamera yang menjadikan fitnah sebagai komoditas dan algoritma sebagai dewa. Kalau ini bukan dystopia digital, lalu apa?

Yang lebih menyedihkan: sebagian masyarakat menonton dan percaya. Karena di zaman ini, video yang dibalut musik dramatis dan judul clickbait lebih dipercaya daripada pernyataan resmi hukum. Kenapa? Karena kebohongan itu menyenangkan, sementara kebenaran membosankan.

Jadi, kepada Kim Se-ui dan para kloningannya: ingatlah, kamera bukan perisai hukum, dan mikrofon bukan senjata untuk menginjak martabat orang lain. Dan kepada publik: yuk, berhenti mendanai kekacauan ini dengan satu klik.

Karena kalau kita terus membiarkan manusia-manusia seperti ini naik panggung, jangan heran kalau panggungnya nanti jadi ruang sidang.

source: allkpop

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *