Sebagai film pertama yang diumumkan sebagai film Lebaran, film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” langsung menjadi kandidat kuat untuk perolehan penonton terbanyak khusus film Lebaran. Dengan materi cerita yang kuat berdasarkan kisah nyata yang viral dari Norma Risma yang sempat menggegerkan semua platform media sosial, karena suaminya selingkuh dengan mertuanya sendiri. Prediksi netizen dan bioskop langsung berharap (dan tentunya sudah percaya diri akan paling laku) film ini sukses besar. Namun, ketika perilisannya justru perolehan penontonnya paling sedikit. Ada apa dengan film “Norma: Antara Mertua dan Menantu”? Kenapa bisa kurang diminati? Mari kita bahas.
Panggung Film Lebaran, Tapi Film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” Justru Salah ‘Kostum’

Tidak salah kalau prediksi netizen dan eksibitor (bioskop), menganggap kalau film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” akan jadi film Lebaran yang paling banyak jumlah penontonnya. Melihat fenomena film “Ipar Adalah Maut” dengan tema serupa yaitu drama perselingkuhan yang juga dari cerita viral, sukses besar dengan perolehan lebih dari 4 juta penonton. Kenapa bisa begitu? Film “Ipar Adalah Maut” menggunakan ‘kostum’ yang pas, pertama tidak rilis di libur Lebaran. Lalu, target penonton yang sudah ditentukan rupanya berhasil yaitu: ibu-ibu yang suka nonton sinetron dan geng ibu-ibu berhijab. Pas kan ‘kostumnya’. Justru ‘kostum’ yang dipakai sama film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” salah dan di luar dugaan kalah shimmer dengan ‘kostum’ keempat film lainnya. Pecinta film justru lebih silaturahmi ke film “Pabrik Gula”, “Qodrat 2”, “Jumbo”, dan “Komang” yang sudah jelas mereka penasaran untuk melihat ‘kostum’ yang dipakai masing-masing di keempat film itu. Karena mungkin menganggap ‘kostum’ film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” kurang menarik dari segi tema cerita untuk sebuah film Lebaran untuk sebagian besar pecinta film. Kemungkinan terbesar, target penonton film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” masih banyak agenda di hari Lebaran sampai seminggu atau dua Minggu ke depan, jadinya film ini sedikit gagal menggelar hajatannya.
Cerita Viral Oke, Eksekusinya Oke Juga Kah?

Kalau berpendapat ‘ah pantas aja kurang laku, penonton bosan dari cerita viral terus!’. Tidak juga. Apa kabar film “Pabrik Gula” yang rilis bersamaan? Dalam 6 hari saja sudah meraih lebih dari 2 juta penonton. Cerita viral yang difilmkan balik lagi ke eksekusi, jika materi cerita filmnya yang dipromosikan lalu diperlihatkan dalam trailer itu sudah menarik minat penonton, pastinya akan diminati semua orang lalu akan menjadi film wajib tonton. Mungkin, materi cerita film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” ini kurang diminati, contoh dari segi trailer walaupun emosi semua aktor dan aktrisnya totalitas tapi eksekusi dinilai kurang greget, pastinya dari awal pecinta film akan memilih menonton film yang lain. Walaupun, yang sudah pada nonton film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” ada mixed review, ada yang bilang drama yang bagus, namun ada yang bilang juga tipikal drama perselingkuhan yang sama saja seperti cerita sinetron.
Citra Dee Company Dengan Promosi Yang Bikin Emosi
Mari kita bahas satu mandor yang memproduksi film “Norma: Antara Mertua dan Menantu”: Dee Company. Rumah produksi ini rupanya dikenal oleh banyak influencer film bukan karena kualitas filmnya, namun karena citra mereka yang buruk karena promosi yang bikin emosi. Mari kita flashback sebentar, ketika mereka merilis film “Vina: Sebelum 7 Hari” yang juga diangkat dari cerita viral, Dee Company sudah ‘dicekal’ oleh influencer film karena materi promosi filmnya yang dianggap eksploitasi Vina yang di ceritanya meninggal karena kekerasan fisik. Walaupun jutaan penonton diraih, tetap saja tindakan promosinya membuat geram banyak influencer film. Lalu di film “Dosen Ghaib” , lagi-lagi ditengah filmnya rilis, Dee Company promosi dengan menaikkan berita meninggalnya mahasiswa kedokteran. Dengan kelakuan Dee Company tersebut walaupun sudah meminta maaf, banyak influencer film tidak akan lagi menonton film dari Dee Company walaupun diundang ke Gala Premiere. Sepertinya dengan kejadian ini, Dee Company harus merubah strategi promosi dan merubah citra supaya dipercaya lagi oleh influencer film, padahal influencer film ini juga menentukan pecinta film akan menonton filmnya atau dilewatkan saja.
Kesimpulan: Film Dari Cerita Viral Perlu Lebih Dari Sekedar Judul Panjang

Film “Norma: Antara Mertua dan Menantu” memang sedang berusaha naik panggung. Sampai sekarang baru meraih 500 ribuan penonton. Persaingan film Lebaran semakin sengit dengan cerita yang ditawarkan film lainnya pun lebih baik dari film “Norma: Antara Mertua dan Menantu”. Dee Company rupanya harus kembali menyusun strategi dimana filmnya harus mendapat tanggal rilis yang tepat, momen yang tepat dan target penonton yang sesuai. Jangan sampai salah ‘kostum’ lagi.