Setelah bertahun-tahun terjebak dalam labirin jebakan sadis dan narasi yang semakin melelahkan, franchise film “Saw” akan kembali ke tangan kreator aslinya, James Wan. Rumah produksi Blumhouse, yang dikenal lewat deretan film horor box office seperti “Insidious”, “Megan”, hingga trilogi “Halloween”, saat ini dilaporkan tengah dalam proses akuisisi hak produksi franchise film “Saw” dari Lionsgate.
Untuk yang belum tahu atau sudah lupa (karena franchise-nya terlalu panjang), James Wan sebenarnya hanya menyutradarai film“Saw” yang pertama yang rilis tahun 2004. Dia menciptakan konsep dan menyutradarai film tersebut bersama Leigh Whannell sebagai penulis naskah, dalam proyek horor indie yang awalnya hanya dibuat sebagai film pendek untuk menarik perhatian studio. Siapa sangka, film tersebut laku keras – dibuat dengan budget hanya US $1,2 juta, tetapi meraup lebih dari US $100 juta di box office global.

Sayangnya, sukses besar itu justru membuat Lionsgate memutuskan untuk melanjutkan franchise film “Saw” tanpa mengikutsertakan James Wan dalam konsep kreatif berikutnya. James Wan hanya berperan sebagai Executive Producer, lalu film “Saw” terus diproduksi nyaris tiap tahun dengan formula yang semakin repetitif, penuh darah, penuh jeritan, dan terkadang – boleh jujur – penuh kejenuhan meskipun jebakan sadisnya berbeda di setiap film.
Setelah sepuluh film utama dan satu film spin-off (“Spiral: From The Book of Saw”), performa franchise ini semakin merosot. Film ke-11 bahkan mandek di tengah jalan, sementara Lionsgate sendiri juga mengalami seretnya performa box office untuk beberapa rilisan terakhir mereka. Maka tidak heran, kabar bahwa Lionsgate bersedia menjual Intellectual Property film “Saw” terdengar seperti keputusan yang akhirnya realistis, kalau bukan putus asa.

Masuklah Blumhouse – studio yang memproduksi film horor paling produktif dalam satu dekade terakhir – yang saat ini tengah bermitra dengan James Wan dalam perusahaan gabungan mereka, Atomic Monster x Blumhouse. Proses pembelian hak cipta franchise film“Saw” sedang berlangsung, dan jika rampung, maka untuk perma kalinya sejak tahun 2004, film “Saw” selanjutnya akan berada di bawah kendali kreator orisinalnya.
Kembalinya James Wan (dan kemungkinan Leigh Whannell) ke franchise film“Saw” diharapkan bisa menghidupkan kembali elemen-elemen awal film tersebut yang membuatnya sukses: teror psikologis, tensi tinggi, dan twist yang benar-benar masuk akal – bukan hanya alasan untuk memunculkan lebih banyak jebakan gory dan penjahat yang tidak pernah benar-benar mati.

Namun tentu saja, pertanyaan besar yang belum terjawab adalah: apakah film“Saw” masih bisa relevan di era sekarang? Di tengah dominasi film horor arthouse dan film seram TikTok-friendly, apakah konsep jebakan sadis ala Jigsaw masih punya tempat? Atau apakah ini hanya upaya nostalgia lain yang berharap penonton lama mau kembali, sementara penonton baru malah bingung kenapa boneka naik sepeda bisa jadi ikonik?

Untuk sekarang, semua mata tertuju pada Blumhouse dan James Wan. Jika kesepakatan ini berhasil, maka kita mungkin akan melihat kebangkitan film “Saw” – bukan sebagai mesin penyiksa penonton yang lelah, tetapi sebagai film horor yang kembali punya arah dan, semoga, alasan untuk ada.