Diantara Dua Ratu dan Seorang Pewaris: Persaingan Song Hye-kyo dan Kim Go-eun di Baeksang Awards 2025, Moon Woo-jin Diam-Diam Mencuri Perhatian!

Baeksang Art Awards kembali akan digelar pada tanggal 5 Mei 2025 dan kembali menegaskan posisinya sebagai panggung glamor,harapan baru, dan, tentu saja, ajang pertempuran tak kasat mata antara bintang-bintang papan atas.

Baeksang Art Awards merupakan ajang penghargaan paling bergengsi di Korea Selatan yang diberikan kepada insan perfilman, pertelevisian dan teater. Bisa dibilang ini adalah “Oscar”-nya Korea, tapi dengan jangkauan yang lebih luas karena mencakup film bioskop, drama televisi (baik serial televisi maupun OTT), dan juga teater.

Baeksang Art Awards pertama kali diadakan pada tahun 1965, diprakarsai oleh Chang Key-young, pendiri surat kabar Hankook Ilboo. Tujuan awalnya adalah untuk mendorong perkembangan seni dan budaya pop Korea.

Dibalik kemilau gaun couture dan sorotan kamera yang gemerlap, Baeksang Art Awards 2025 bukan hanya sekedar seremoni tahunan. Ia adalah panggung penuh lapisan: pertaruhan reputasi, perjalanan karier, dan momen dimana kerja keras selama bertahun-tahun diuji dalam hitungan menit.

Song Hye-kyo dalam film Dark Nuns (foto: istimewa)

Tahun ini, perhatian publik tertuju pada dua artis yang namanya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari layar Korea: Song Hye-kyo dan Kim Go-eun. Keduanya bersaing dalam kategori Aktris Terbaik untuk film, namun lebih dari sekedar kompetisi, kehadiran mereka mencerminkan dua bab penting dalam narasi seni peran Korea modern.

Kim Go-eun, dengan wajah lembut dan gestur yang sering kali sederhana namun tajam, membawa film “Love in the Big City” ke ranah emosional yang jarang disentuh. Film ini menuntutnya untuk melepas kemapanan dan menelusuri ruang-ruang sunyi dalam diri karakter-sesuatu yang ditanganinya dengan keanggunan yang tenang. Go-eun bukan hanya tampil sebagai karakter, ia membiarkan hidup dalam nafasnya sendiri.

Kim Go-eun dalam film Love in the Big City (foto: istimewa)

Disisi lain, Song Hye-kyo kembali membuktikan bahwa status bintang besar tidak harus selalu berada di zona nyaman. Setelah keberhasilannya lewat serial “The Glory”, Hye-kyo memilih proyek film “Dark Nuns”-sebuah keputusan artistik yang menyiratkan keberanian. Dalam film tersebut, ia menunjukkan kedalaman spiritual dan tekanan batin seorang religius dalam dunia yang terus menguji imannya.

Namun bukan hanya para senior yang mencuri perhatian. Nama Moon Woo-jin masuk dalam radar kritikus dan publik sebagai aktor pendatang baru terbaik. Woo-jin, yang dikenal publik sejak usia sangat muda, kini menunjukkan kedewasaan emosional yang luar biasa untuk aktor seusianya dalam film yang sama dengan Song Hye-kyo. Dalam Dark Nuns, Woo-jin tampil tak sekedar anak kecil di tengah cerita besar, ia menjadi denyut nadi emosional film itu sendiri.

Moon Woo-jin dalam film Dark Nuns (foto: istimewa)

Baeksang Art Awards, yang tahun ini menginjak usia ke-61, tak hanya menjadi ajang pembuktian individu, tapi juga cermin bagi dinamika industri. Di tengah persaingan ketat industri global, ajang ini menunjukkan bahwa Korea masih mampu menyuguhkan karya berkelas tanpa kehilangan akar budaya.

Dan pada akhirnya, siapapun pemenangnya, satu hal yang jelas: Baeksang bukan hanya tentang kemenangan. Ia tentang bertahan, tentang terus berkembang, dan tentang bagaimana seni-meski lahir dari kesunyian-selalu punya tempat di tengah sorak sorai dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *