6 Soundtrack Film Indonesia Terbaik versi RuangSinema.com

Ada film yang kita ingat karena aktingnya. Ada yang membekas karena visualnya. Tapi ada juga yang menetap di hati karena sebuah lagu—yang sekali terdengar, langsung menyeret kita kembali ke satu adegan, satu tatapan, satu rasa.

Ruang Sinema mengajakmu berjalan melewati enam soundtrack terbaik Indonesia. Bukan sekadar musik pengiring, tapi jiwa yang membuat layar terasa lebih hidup.

Kelam Malam – Pengabdi Setan (2017)

Perjalanan ini dimulai dari lorong sunyi. Lampu temaram, udara dingin, lalu suara itu, syahdu, pelan, tapi membuat dada mengencang. “Kelam Malam” hadir seperti bisikan masa lalu, misterius dan tak terjawab.

Dibawakan The Spouse (Tony Merle dan Aimee Saras, lagu ini membungkus horor film “Pengabdi Setan” dengan aroma vintage yang indah sekaligus mengganggu. Selesai menontonnya, kamu mungkin lupa detail ceritanya, tapi nadanya akan terus menghantui. Setuju?

Ada Apa Dengan Cinta – Ada Apa Dengan Cinta? (2002)

Kita keluar dari lorong gelap, memasuki halaman SMA di awal 2000-an. Di sudut kantin, ada tatapan curi-curi, surat-surat kecil, dan geng yang tak pernah lengkap tanpa canda. Lalu, intro itu mulai terdengar. Duh, rasanya seperti pulang.

Melly Goeslaw menciptakan lagu ini bukan hanya untuk soundtrack, tapi untuk sebuah generasi. Romantis, manis, dan sedikit melankolis, seperti cinta remaja yang polos namun membekas selamanya.

My Heart – Heart (2006)

Langkah kita melambat. Ada bangku taman, suasana sore, dan dua hati yang berbicara tanpa suara. “My Heart” mengalun, dibawakan oleh Acha Septriasa dan Irwansyah, yang juga memerankan kisahnya di layar.

Ini adalah lagu yang membuat kita percaya, meski sederhana, cinta bisa terasa megah. Dan meski filmnya berakhir, duet ini tetap hidup di playlist, siap diputar kembali di malam-malam penuh rindu.

Petualangan Sherina – Petualangan Sherina (2000)

Perjalanan kita berubah warna—cerah, riang, dan penuh lompatan kaki. Sherina kecil mengajak berlari di ladang hijau, menari di antara pepohonan, bernyanyi dengan semangat yang tak ada habisnya.

Sherina Munaf menyanyikan semua lagu di film ini, membuktikan bahwa musik bisa jadi jiwa petualangan. Mendengarnya sekarang, kita tidak hanya teringat filmnya, tapi juga masa kecil yang bebas dan sederhana.

Dealova – Dealova (2005)

Sore mulai turun, perjalanan ini berakhir di sebuah kamar sepi, ditemani lampu meja dan pikiran yang berputar. “Dealova” mengalun, dinyanyikan oleh Once Mekel dengan suara yang dalam dan hangat, membawakan lirik Opick yang puitis sekaligus pedih.

Ini adalah lagu untuk cinta yang tak sempat menjadi. Untuk mereka yang pergi, tapi meninggalkan jejak di dada. Dan entah bagaimana, lagu ini membuat kita tersenyum di tengah sesak.

Bunga Terakhir – Panji Tengkorak (2025)

Namun, sebelum kita benar-benar pulang, ada satu lagu baru yang meminta didengar. “Bunga Terakhir” mempertemukan dua generasi musik: Iwan Fals, sang legenda yang suaranya menyimpan sejarah, dan Isyana Sarasvati, penyanyi muda dengan vokal yang memikat sekaligus bertenaga.

Lagu ini menjadi penutup yang megah bagi film “Panji Tengkorak“—perpaduan balada lirih dan orkestra dramatis, seperti bunga yang mekar di tengah medan pertempuran. Indah, kuat, dan tak mudah dilupakan.

Catatan RuangSinema.com

Soundtrack yang hebat adalah yang mampu berdiri sendiri, namun ketika diputar, membawa kita pulang ke filmnya.

Enam lagu ini adalah potongan rasa—ketakutan yang merayap, cinta yang manis, kerinduan yang diam, tawa masa kecil, perpisahan yang indah, hingga harapan yang mekar di akhir cerita. Dan seperti film yang baik, mereka tak sekadar lewat… mereka tinggal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *