2 Bulan Jadi Film & Langsung Dapat Slot Emas! Rahasia “Merah Putih: One For All” Bikin Netizen Curiga. Sutradara Hanung Bramantyo: Kopet!

Ada film yang butuh bertahun-tahun dari naskah ke layar. Ada juga yang berbulan-bulan cuma menunggu giliran tayang. Tapi “Merah Putih: One For All“? Lain cerita. Mulai proses produksi Juni 2025, Agustus sudah gagah di layar bioskop. Secepat itu.

Produsernya mengklaim lantang: “Serupiah pun nggak ada dari pemerintah.” Padahal, temanya nasionalisme, lengkap dengan semangat merah putih dan entah mengapa, justru film ini melesat mulus tanpa tersandung antrean panjang 200 judul film Indonesia yang lagi menunggu layar.

Yang bikin kening makin berlipat: seluruh proses—produksi, editing, mixing, promosi—rampung dalam waktu kurang dari dua bulan. Kecepatan yang bikin banyak film lain merasa sedang ikut lomba lari jarak pendek… dan kalah telak.

Sutradara Hanung Bramantyo, yang jelas sudah paham “aturan main” industri ini, tak tahan untuk melempar sindiran. Lewat Instagram Story, ia menulis:

“Trus kenapa harus buru-buru tayang? Ironisnya kok bisa dapet tanggal tayang di tengah 200 judul Film Indonesia ngantre tayang? KOPET!!!”

(Kata “kopet” di sini bukan cuma artinya “pelit”, tapi juga ekspresi sinis—gabungan antara heran, nyentil, dan sedikit jengkel.)

Sindiran itu seperti lemparan batu ke kolam tenang—langsung beriak. Publik mulai membicarakan “jalur tol” distribusi film. Karena di dunia nyata, slot tayang strategis tidak jatuh dari langit. Ada yang bilang perlu jaringan, ada yang bilang perlu negosiasi, dan ada yang bisik-bisik: perlu modal yang “tak kalah gagah” dari semangat filmnya.

Akun gosip Lambe Turah pun tak mau ketinggalan, mengunggah tangkapan layar sindiran Hanung dengan komentar: “Naaaahhhhhh… Dananya geudheeeee…”. Tiba-tiba, timeline Instagram terasa seperti ruang sidang tak resmi, dengan netizen sebagai juri dan hakimnya.

Publik pun mulai merangkai puzzle kebetulan: produksi kilat, slot tayang strategis, tema nasionalisme, rilis pas bulan kemerdekaan. Saking mulusnya, orang mulai bertanya, “Ini beneran kerja keras… atau kerja jaringan?”

Pihak produser? Diam. Pemerintah? Juga diam. Sementara itu, “Merah Putih: One For All” melaju menuju layar lebar, membawa bukan hanya cerita tentang perjuangan, tapi juga drama yang mungkin jauh lebih seru daripada filmnya sendiri.

Karena kalau bicara industri film Indonesia, kadang yang paling menarik bukan yang ada di dalam layar, tapi yang terjadi di belakang layar—lengkap dengan bumbu sindiran, gosip, dan sedikit rasa “KOPET”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *