Review Film “Together” (2025) – Ketika Cinta, Gancet, dan Body Horror Jadi Satu

Film horor belakangan ini sering kali jatuh di dua kubu: terlalu sibuk jadi “serius” dengan alegori politik yang njelimet, atau malah kebablasan jadi tontonan jumpscare receh yang gampang ditebak. Lalu muncul film “Together” (2025), debut penyutradaraan Michael Shanks, yang dengan santainya menabrakkan dua hal yang jarang ketemu: romansa pasangan menikah dan body horror yang becek, gory, sekaligus kocak. Hasilnya? Ganjil, absurd, bikin jijik, tapi entah kenapa justru romantis.

Ya, romantis. Bayangkan kisah cinta yang literally lengket, bukan sekadar metafora, tapi benar-benar secara fisik menyatu. Dalam konteks budaya kita, mungkin paling gampang disebut “gancet”: kondisi absurd di mana dua orang tak bisa lepas satu sama lain. Sutradara Michael Shanks memelintir fenomena itu jadi tontonan horor-folklor penuh darah, lendir, dan absurditas relasi.

Salah satu adegan di film “Together” (Sumber: istimewa)

Body Horror + Relationship Drama = Kok Bisa Serasi?

Yang bikin film “Together” menonjol adalah keberanian mengawinkan genre. Ada elemen folk horror yang samar, body horror ala David Cronenberg, dan di sisi lain ada drama relasi yang relatable banget buat pasangan mana pun yang pernah ribut soal piring kotor. Semua itu diracik dengan dosis humor yang sehat, bikin penonton di bioskop ketawa sekaligus meringis ngeri.

Sutradara Michael Shanks seperti bilang: hubungan toxic itu tidak cuma melelahkan secara emosional, tapi bisa juga dibayangkan sebagai mimpi buruk biologis. Hubungan codependency yang tidak sehat divisualisasikan sebagai horor tubuh—luka, cairan tubuh, dan segala keanehan gory yang bikin kita menutup mata tapi tetap mengintip lewat sela jari.

Alison Brie & Dave Franco: Chemistry Dunia Nyata yang Terasa di Layar

Keberanian konsep ini bisa saja berantakan kalau tidak ditopang aktor yang tepat. Untungnya Michael Shanks punya Alison Brie dan Dave Franco, pasangan dunia nyata yang chemistry-nya tidak bisa dipalsukan. Mereka bukan hanya jualan gimmickcouple goals”, tapi benar-benar menyalurkan absurditas cinta sekaligus neraka rumah tangga dengan meyakinkan. Di satu sisi, kita bisa merasa “aww” melihat momen keintiman mereka. Tapi di sisi lain, ada saat-saat di mana kedekatan itu menjelma jadi horor menjijikkan, membuat kita sadar betapa tipisnya batas antara cinta yang menenangkan dan keterikatan yang mencekik. Alison Brie dan Dave Franco benar-benar komit: mereka tidak takut terlihat konyol, menjijikkan, atau rentan. Dan justru itu yang membuat film“Together” begitu efektif.

Chemistry nyata yang bagus dari Alison Brie dan Dave Franco (Sumber: IMDB)

Humor Gelap yang Menggigit

Jangan salah, ini bukan film yang melulu bikin mual. Humor gelapnya cukup konsisten, bahkan beberapa kali memancing tawa lepas di tengah adegan gore. Ada kualitas “ngakak-ngeri” yang jarang bisa dicapai film horor modern.

Bayangkan suasana bioskop: sebagian orang menjerit ketakutan, sebagian lagi tertawa tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. Pengalaman komunal seperti ini membuat film “Together” jadi tontonan yang idealnya memang dinikmati ramai-ramai, bukan sekadar streaming sendirian di kamar.

Ending yang Bikin Split Opinion

Apakah film “Together” film sempurna? Tidak juga. Ending-nya sedikit kurang menggigit dibanding build-up yang sudah gila-gilaan. Seperti pesta yang sangat seru tapi lampu keburu dimatikan sebelum klimaks. Namun, perjalanan ke sana begitu liar, menyenangkan, dan tak terlupakan sampai kekurangannya bisa dimaafkan.

Apalagi efek-efek practical yang dipakai film ini benar-benar top-notch. Tidak ada CGI glossy murahan, semua terlihat basah, lengket, dan nyata. Sensasi visceral yang bikin perut mual sekaligus kagum, sebuah perayaan old-school body horror yang sudah lama tidak kita lihat seefektif ini.

Dave Franco di film “Together” (Sumber: istimewa)

Kesimpulan: Romantis Tapi Ngeri

Pada akhirnya, film “Together” adalah horor romantis paling absurd yang pernah dibuat. Film ini memaksa kita merenung: seberapa sehat hubungan yang kita sebut “tidak bisa dipisahkan”? Apakah itu cinta sejati, atau justru ketergantungan yang menyeramkan? Michael Shanks seolah menyindir bahwa kisah cinta paling indah sekalipun bisa terlihat sangat menjijikkan jika kita bongkar sampai ke daging dan tulangnya. Dan anehnya, justru di situlah film ini terasa jujur dan, anehnya, indah.

Film “Together” bukan film horor biasa. Ia adalah eksperimen gila yang memadukan gore, humor, dan romansa menjadi tontonan yang sama sekali baru. Tidak semua orang akan tahan, dan jelas bukan film untuk semua selera. Tapi bagi mereka yang mau menerima absurditasnya, film ini bisa jadi salah satu pengalaman sinematik paling segar, menghibur, sekaligus menyakitkan tahun ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *