Falcon Pictures tampaknya lagi suka mengimpor horor Asia Tenggara, tepatnya remake film horor sukses. Setelah sukses dengan film “Kang Mak” yang merupakan remake film horor komedi “Pee Mak”, kini giliran film horor murni (bukan campuran komedi) “Shutter”, yang menjadi salah satu film horor terseram produksi Thailand yang rilis tahun 2004 silam. Film yang sukses bikin kita paranoid setiap kali melihat jepretan kamera itu, kini di-remake dengan cita rasa lokal dengan menggaet Vino G. Bastian, Anya Geraldine dan Niken Anjani sebagai pemain. Dilansir dari Variety, pengumuman remake ini diperkenalkan di Cannes Film Market 2025 yang merupakan bagian dari Cannes Film Festival 2025 yang sedang berlangsung.
Sama seperti film originalnya, versi Indonesia dari film “Shutter” masih mengisahkan teror misterius dalam bentuk sosok hantu perempuan yang sukanya nebeng foto. Bedanya, hantu ini sekarang ber-KTP Indonesia. Mengisahkan Darwin (Vino G. Bastian) adalah seorang fotografer yang mendapati sosok wanita asing yang selalu muncul di hasil jepretannya. Sialnya, penampakan itu tidak hanya berhenti di kamera, tapi malah mengikutinya kemana Darwin pergi. Pacar Darwin, Pia (Anya Geraldine), mulai menyelidiki asal-usul arwah penasaran ini. Dari situ (seperti formula horor Asia pada umumnya) dosa masa lalu mulai menguap ke permukaan.

Yang menarik, film ini bukan hanya usaha Falcon Pictures menggandeng GDH lagi setelah film “Kang Mak” , tapi juga bentuk eksperimen lintas budaya: apakah horor yang sangat ‘Thailand’ bisa tetap membuat bulu kuduk berdiri dalam nuansa Indonesia? Apalagi disutradarai Herwin Novianto, yang dikenal lihai menggarap drama emosional. Bisa jadi film “Shutter” versi Indonesia ini, bukan hanya tentang teror gaib, tapi juga tentang rasa bersalah yang mengendap di relung terdalam.

Namun, tantangannya jelas: film “Shutter” bukan horor kaleng-kaleng. Film originalnya punya atmosfer menyeramkan, twist mengejutkan dan ending yang membuat kita susah tidur. Kalau remake-nya hanya ganti latar tanpa mempertahankan roh ceritanya, maka ini bisa jadi hanya hantu dalam kemasan estetik. Perlu diketahui, film “Shutter” pernah di-remake Hollywood di tahun 2008, namun kritik pedas menghujani film ini baik dari kritikus maupun penonton karena hasilnya sangat buruk. Semoga remake Indonesianya tidak berakhir seperti itu.
Dijadwalkan tayang di Indonesia akhir tahun 2025, film “Shutter” versi Indonesia akan jadi ujian Falcon Pictures: bisakah mereka menangkap jiwa film originalnya tanpa membuat penonton merasa ini hanya sekedar ‘horor daur ulang?’ Kita lihat saja nanti hasilnya.