Film “Tinggal Meninggal”: Nama Besar, Humor Gelap, dan Kenyataan Pahit di Bioskop

Film “Tinggal Meninggal” sebetulnya punya semua bahan untuk jadi buah bibir: judul yang catchy, promosi yang ramai di media sosial, hingga debut sutradara sekaligus komika tenar, Kristo Immanuel. Nama-nama besar juga ikut mendukung, dari mulai Omara Esteghlal, Mawar de Jongh, Ardit Erwanda sampai dengan Nirina Zubir, membuat film ini seolah punya modal kuat untuk merebut perhatian layar lebar. Namun angka penonton berkata lain.

Hari pertama penayangan, film ini hanya meraih 21 ribu penonton. Setelah tiga hari, jumlahnya baru 55 ribu. Dibandingkan film yang rilis di waktu sama, jurangnya terlalu jauh: La Tahzan melesat ke hampir 200 ribu, dan Demon Slayer: Infinity Castle terbang hingga 800 ribu lebih hanya dalam dua hari.

Fenomena ini menyisakan ironi: ramai di medsos, sepi di bioskop. Apa yang sebenarnya terjadi?

Ada banyak kemungkinan. Pertama, persaingan jadwal rilis yang brutal—di tengah gempuran anime global dan drama religi lokal, film komedi horor satir tentu bukan pilihan utama mayoritas penonton. Kedua, judul provokatif “Tinggal Meninggal” yang terdengar segar di internet, justru bisa membingungkan atau terasa asing di telinga penonton awam. Ketiga, gap yang semakin lebar antara viralitas digital dengan komitmen membeli tiket bioskop.

Padahal, kalau bicara isi, film ini menawarkan sesuatu yang jarang: humor gelap, kritik sosial, dan keberanian untuk keluar dari pakem horor Indonesia yang sering malas berinovasi. Tetapi pasar, seperti biasa, lebih memilih aman.

Kasus film “Tinggal Meninggal” memperlihatkan wajah lain industri film kita: nama besar tidak otomatis jadi garansi sukses. Popularitas di internet tak selalu berbanding lurus dengan kursi bioskop yang terisi. Pertanyaan kritis pun muncul—apakah selama ini kita terlalu percaya pada mitos bahwa artis populer, komedian viral, atau judul sensasional cukup untuk mendongkrak penonton?

Jawabannya mungkin pahit: penonton hari ini jauh lebih kompleks. Mereka bisa ikut tertawa di TikTok, bisa heboh ikut tren, tapi ketika harus melangkah ke bioskop dan membayar tiket, pertimbangannya berbeda. Dan di titik itu, film seperti Tinggal Meninggal harus berjuang lebih keras untuk membuktikan dirinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *