Apakah dunia butuh film fenomenal “50 First Dates” versi Thailand? Menurut GDH dan Sony Pictures International Productions (SPIP), jawabannya: tentu saja iya. Apalagi kalau dibintangi oleh Nadech Kugimiya dan dan Minnie (I-DLE). Siapa yang bisa menolak romansa tropis disajikan dalam kemasan baru, walaupun plot-nya tetap lama?
Versi aslinya? Semua orang ingat dengan film romcom yang dirilis tahun 2004 yang nge-boost chemistry Adam Sandler dan Drew Barrymore ke level fenomenal dan legenda. Dan sekarang, versi Thailand-nya akan mulai diproduksi akhir tahun 2025, untuk tayang di 2026.

Bukan hanya ganti pemain tentunya, remake ini juga menggandeng tiga nama besar di industri film Thailand antara lain ada Mez Tharatorn sebagai sutradara yang sukses dengan film “I Fine…Thank You…Love You”, Todsapon Thiptinnakorn sebagai penulis skenario yang menulis film “How To Make Millions Before Grandma Dies”, berkolaborasi dengan Benjamaporn Srabua yang menulis film “Love Destiny: The Movie”.
Diproduksi oleh GDH, proyek ini dijual sebagai ‘kerjasama monumental’ dengan Sony Pictures International Productions. Bahkan CEO dari GDH, Jina Osothsiip, menyebut ini sebagai tonggak penting untuk membawa Thailand ke panggung global. Ya, karena tidak ada yang lebih global daripada remake Hollywood.
SPIP, yang akan menangani distribusi global, juga ikut optimis. Menurut Kepala SPIP Shebnem Asmin, film “50 First Dates” menyentuh hati penonton di seluruh dunia. Semoga versi ini bisa menyentuh kantong bioskop internasional juga.
Dalam versi Thailand ini, Nadech Kugimiya (“Death Whisperer”, “The Con-Heartist”) akan memerankan karakter Henry yang dulu diperankan Adam Sandler. Lalu Minnie(I-DLE) dengan nama asli Nicha Yontararak, akan memulai debut film panjangnya setelah sebelumnya main di serial Netflix “So Not Worth It”. Minnie akan memerankan karakter Lucy yang dulu diperankan oleh Drew Barrymore.

Sama seperti versi orisinal, film ini akan bercerita tentang lelaki yang jatuh cinta dengan perempuan yang setiap pagi kehilangan ingatannya. Sebuah kisah tentang cinta yang sabar, pengulangan yang manis (atau melelahkan, tergantung siapa yang nonton), dan tentu saja plot yang sudah kita tahu dari A sampai Z.
Dengan nama besar di balik layar seperti Jira Maligool, Varindee Pongsittisak, dan Suwimon Techasupinan, remake ini digadang-gadang sebagai ‘proyek’ besar yang tidak sekadar jual nostalgia, tapi (semoga) juga menyuntikkan lokalitas khas Thailand.

Apakah proyek ini akan jadi romcom segar yang sukses? Atau justru jadi film yang hanya bikin kita mengulang-ulang ucapan: ‘ini sudah pernah ditonton deh..?’. Kita tunggu tahun 2026. Sabar, seperti Henry yang sabar setiap hari bikin Lucy jatuh cinta lagi.

