Ketika dua nama besar lintas generasi bersatu, biasanya hasilnya hanya ada dua kemungkinan: spektakuler… atau meledak. Untungnya, duet Iwan Fals dan Isyana Sarasvati untuk soundtrack film “Panji Tengkorak” masuk kategori pertama, dan bahkan melampauinya.
Falcon Pictures, rumah produksi di balik film animasi ini, memilih mereka bukan sekadar demi sensasi. Iwan, sang legenda hidup musik Indonesia, dan Isyana, diva generasi kini, dipercaya menyanyikan ulang “Bunga Terakhir”, lagu ciptaan Bebi Romeo yang pertama kali populer pada 1999. Versi ini hadir dengan aransemen baru, penuh lapisan emosi yang dirancang untuk mencerminkan jiwa sang pendekar Panji-tokoh yang kehilangan cinta sejatinya dan hidup abadi akibat kutukan.
Luka, Cinta, dan Nada
Bagi Iwan Fals, membawakan lagu ini bukan sekadar proyek rekaman. Lirik “Bunga Terakhir” menggaung dalam ingatan pribadinya, mengingatkan pada kehilangan orang-orang tersayang: anak, adik, dan ayah. “Rasanya dalam sekali,” ungkapnya. Isyana pun mengaku ini tantangan besar, bagaimana memberi interpretasi baru untuk karya yang sudah begitu kuat, tanpa kehilangan ruh aslinya.
Kolaborasi ini direkam secara live, bukan potongan-potongan studio yang biasa kita dengar di musik pop modern. Sekitar tiga sesi latihan intensif dijalani, masing-masing dengan belasan kali pengulangan, sebelum akhirnya direkam 4–5 kali untuk menemukan versi terbaik. Energi dan ketulusan yang tercurah membuat hasil akhirnya terasa hidup, bukan sekadar cover, melainkan pertemuan dua jiwa seni yang saling mengisi.
DNA Indonesia Klasik
Produser Falcon menyebut kolaborasi ini sebagai “pertemuan DNA klasik Indonesia”. Iwan membawa kekuatan narasi dan suara yang akrab di telinga lintas generasi, sementara Isyana menghadirkan sentuhan modern, teknis vokal presisi, dan intensitas emosional yang sama-sama pekat. Perpaduan ini menciptakan jembatan antara nostalgia dan relevansi masa kini.
Denny Sumargo, pengisi suara Panji, bahkan mengaku merinding menyaksikan proses rekaman mereka. “Legend bertemu next legend,” katanya singkat—dan sulit rasanya untuk tidak setuju.
Dirilis Menjelang Layar Lebar
Versi terbaru “Bunga Terakhir” ini resmi dirilis di semua platform musik digital pada 7 Agustus 2025, lengkap dengan video klip yang menampilkan potongan adegan emosional dari film. Klip tersebut menjadi semacam trailer rasa—menyentuh hati tanpa perlu menjelaskan terlalu banyak dialog.
Film “Panji Tengkorak” sendiri akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 28 Agustus 2025. Mengangkat kisah pendekar legendaris dari komik klasik Indonesia, film animasi ini diharapkan menjadi tonggak baru bagi industri animasi lokal.
Lebih dari Sekadar Lagu
Ada hal menarik dari duet ini: ia tidak sekadar menjadi tempelan komersial untuk film, tetapi benar-benar menyatu dengan cerita. “Bunga Terakhir” adalah cermin hati Panji—cinta yang tak selesai, luka yang tak sembuh, dan janji yang tetap terpatri di antara deru langkah seorang pendekar.
Dan ketika Iwan Fals menyebut bahwa ia merasa “tambah muda” berkat kolaborasi ini, rasanya kita pun ikut percaya: musik memang punya kekuatan memulihkan, menghubungkan, dan menyatukan, meski jarak usia dan gaya sudah terpaut jauh.


