Rachel Zegler: Dari Kegagalan di Snow White Bermetafora Menjadi Evita Perón!

Setelah nyaris ditenggelamkan oleh kereta kontroversi bertajuk Snow White Live Action yang lebih mirip orasi TED Talk tentang “kindness dan consent,” Rachel Zegler kini kembali muncul ke permukaan. Tapi kali ini, bukan sebagai putri pasif yang menunggu pangeran—melainkan sebagai Evita Perón, ikon politik Argentina yang bisa menyanyi, berkuasa, dan… setidaknya membaca sejarah.

Ya, Rachel kini naik panggung West End sebagai Evita di bawah arahan Jamie Lloyd—sutradara teater yang entah sedang bereksperimen atau mencoba membuktikan bahwa bintang yang dibakar netizen bisa disulap jadi dewa panggung. Move on dari gaun penuh warna dan apel beracun, Rachel kini mengenakan blus satin dan ambisi kekuasaan. Bukan lagi tentang “mirror mirror on the wall,” tapi “Don’t Cry for Me Argentina”—dengan nada falset yang (katanya) lebih menyayat dari karier PR Disney.

Dari Meme ke Mahakarya

Kita semua ingat masa-masa Zegler jadi target nasional karena terlalu woke untuk putri dongeng. Snow White versi dia bukan hanya putih, tapi juga penuh teori feminisme semester dua. Tapi alih-alih tenggelam di lubang cancel culture, Rachel memilih jalan lain: bereinkarnasi sebagai legenda sejarah yang tidak pernah takut bicara keras—Evita Perón.

Penampilan Rachel Zegler dalam Live Action Snow White

Karena memang, kalau sebelumnya ia disuruh “tidur dan menunggu,” kini ia bangun dan… menggulingkan sistem patriarki?Jamie Lloyd, dalam semangat eksperimentalnya, menyebut Rachel sebagai “phenomenal talent” dan Evita ini sebagai versi “yang bisa mengguncang atap London Palladium.” Kita belum tahu apakah itu pujian atau peringatan evakuasi.

Evita Perón: Coachella Edition

Menurut Vogue UK, energi Rachel di panggung setara dengan “Evita goes to Coachella.” Jadi kalau kamu membayangkan Eva Perón sambil nyanyi dengan latar lampu LED dan kabut artificial, kamu tidak sendirian.

Fans Broadway menyambut hangat:

She seems so happy and at home on stage.”

Absolutely stunning.”

Give Rachel all her flowers.”

Atau dalam bahasa Indonesia: “Alhamdulillah, akhirnya bukan Snow White lagi.”

Tiket Ludes, Netizen Bingung

Dengan penjualan mencapai hampir $4 juta hanya dari pre-sale, para skeptis yang pernah bilang, “Rachel Zegler harusnya istirahat dulu,” kini diam sambil cek saldo. Siapa sangka, dari trending karena Snow White yang bukan Snow White, Rachel menjelma jadi Evita yang benar-benar punya grit, suara, dan… accent training.

Dari “Kindness” ke Kuasa

Jika Snow White versi Zegler adalah kritik terhadap cinta patriarkis, maka Evita versinya adalah semangat kekuasaan yang tidak minta izin siapa pun. Ini bukan tentang “di-cium saat tidur”, tapi tentang “mengambil mikrofon dan menulis ulang sejarah.”

Rachel sendiri bilang, “It’s an honor unlike any other.”Tentu. Karena dari sekian banyak peran perempuan di Hollywood, baru kali ini dia bisa memerankan karakter yang tidak harus minta maaf karena terlalu vokal.

Kesimpulan (yang Dramatis)

Rachel Zegler tidak hanya bangkit dari keruntuhan Disney Live Action—dia melesat ke panggung teater Inggris, menyeret warisan politik Latin dan membungkusnya dengan eyeliner dan emosi soprano.

Dari putri yang menolak dicium, kini jadi ikon yang minta mic—bukan maaf.

Dan kepada netizen yang dulu bilang Rachel harus diam saja:Sekarang dia nyanyi. Keras. Di West End. Setiap malam. Selama 12 minggu.

Siap-siap… karena Evita versi Zegler bukan untuk mereka yang masih hidup di negeri dongeng.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *