Akhirnya, film “Thunderbolts*” resmi tayang di bioskop. Sebagai film ke-36 dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), sekaligus penutup Phase 5, film ini datang dengan ekspektasi besar sekaligus skeptisisme dari para penggemar. Tapi siapa sangka, film ini justru tampil sebagai salah satu kejutan terbaik yang pernah diberikan Marvel Studios dalam satu dekade terakhir. Disutradarai oleh Jake Schreier dan ditulis oleh Eric Pearson bersama Joanna Calo, film “Thunderbolts*” menawarkan sesuatu yang segar: bukan sekedar aksi bombastis khas MCU, melainkan eksplorasi emosional dari sekelompok anti-hero dan villain yang (secara mengejutkan) berhasil mencuri hati kita. Film ini bukan sekedar ‘tampil beda’, tapi juga punya kedalaman dan keberanian yang selama ini mulai luntur dari proyek-proyek film Marvel Studios belakangan ini.
Kumpulan Loser yang Justru Jadi Favorit Baru, Pengembangan Karakter yang Bagus
Film “Thunderbolts*” berfokus pada sekelompok anti-hero yaitu Yelena Belova (Florence Pugh), Bucky Barnes (Sebastian Stan), John Walker (Wyatt Russell), Red Guardian (David Harbour), Ava Starr / Ghost (Hannah John-Kamen) dan Taskmaster (Olga Kurylenko), mereka bertemu dalam situasi terpojok. Namun karena keadaan yang semakin kacau, mereka akhirnya bersatu untuk menyelamatkan dunia. Fokus utama karakter ada di Yelena Belova yang diperankan oleh Florence Pugh, hasilnya karakter ini berhasil mengundang simpati semua penonton. Florence Pugh kembali membuktikan kalau bahwa dia adalah salah satu aktris terbaik di MCU saat ini. Karakter Yelena tampil sebagai sosok yang tangguh tapi penuh ‘luka’. Dia adalah ‘jantung’ di film “Thunderbolts*” , dan jujur pengembangan karakternya sangat bagus. Sedangkan Sebastian Stan sebagai Bucky Barnes tampil lebih tenang namun karismatik, sebuah pengembangan karakter yang memuaskan setelah perjalanan panjangnya menjadi The Winter Soldier. Red Guardian (David Harbour) dan John Walker (Wyatt Russell) menjadi penyeimbang sepanjang film, menghadirkan humor yang tidak dipaksakan, tapi tetap relevan dengan dinamika film. Sementara, Ava Starr / Ghost (Hannah John-Kamen) kita dibuat amazed dengan pengembangan karakternya yang dibuat lebih lembut.

Sentry: Villain yang Layak Ditakuti, Namun Rapuh
Sosok Robert Reynolds alias Sentry yang diperankan oleh Lewis Pullman, menjadi kejutan besar di film “Thunderbolts*” Dengan kekuatan setingkat dewa dan kejiwaan yang tidak stabil, Sentry tampil sebagai ancaman nyata yang sulit dikalahkan secara fisik maupun emosional. Sentry bukan hanya musuh besar, tapi simbol dari apa yang terjadi jika kekuatan super tidak diimbangi dengan pengendalian ke diri sendiri. Uniknya, film ini tidak memperlakukan Sentry semata-mata sebagai monster, tapi sebagai karakter yang tragis. Kita akan melihat sisi rentan dari musuh yang tampaknya tak terkalahkan. Ini memberi dimensi baru pada konflik utama dan menjauhkan film “Thunderbolts*” dari jebakan villain satu dimensi seperti yang terjadi di film superhero lainnya.

Aksi Seru, Tetap Karakter yang Jadi Spotlight
Meski adegan aksi yang tidak banyak ‘gedebak gedebuk’ layaknya film superhero lainnya, film “Thunderbolts*” jelas lebih fokus pada pengembangan karakter. Setiap anggota tim punya latar belakang emosional yang digali dengan baik. Kita bukan hanya disuguhi siapa bisa mengalahkan siapa, tapi juga diajak memahami kenapa mereka harus bertarung dan apa yang mereka cari selama ini. Sutradara Jake Schreier berhasil menyuntikkan nuansa kelam dan sedikit suram, namun tetap menyisakan ruang untuk harapan dan empati. Ini bukan film yang mendewakan pahlawan, tapi menunjukkan bahwa mereka yang ‘rusak’ pun bisa memilih untuk melakukan yang benar. Menariknya lagi, film “Thunderbolts*” tetap bisa dinikmati bahkan jika penonton belum mengikuti semua film atau series MCU sebelumnya yang ada karakter di film ini. Latar belakang karakter dijelaskan cukup tanpa terasa seperti eksposisi yang membosankan. Ini prestasi tersendiri di universe yang seringkali mengandalkan ‘PR’ menonton belasan film sebelum bisa menikmati satu film baru.

Tanda “*” dan WOW Moment
Ketika judul resmi film “Thunderbolts*” diumumkan, banyak yang heran dan bingung, kenapa harus ada tanda “*” di bagian akhir. Apa maksudnya? Semuanya terjawab di akhir film ini dengan twist yang mengejutkan, yang bisa membuat penonton bersorak. Ini bukan gimmick yang biasa saja, tapi bagian narasi yang cerdas dan membuka pintu lebar untuk masa depan MCU. Ditambah lagi, dua adegan tambahan setelah credit title menawarkan petunjuk penting dan wajib untuk tidak dilewatkan.
Kesimpulan: MCU dan Marvel Studios Punya Harapan Baru
Film “Thunderbolts*” adalah film yang jarang ditemui dalam MCU: .Berani, Emosional, Manusiawi dan Sangat Memikat. Bukan hanya film yang bagus untuk ukuran MCU, tapi salah satu film terbaik yang pernah dibuat Marvel Studios. Mereka menunjukkan bahwa kekuatan bukan hanya datang dari kostum dan senjata, tapi dari luka, trauma dan keputusan untuk berubah. Film ini bukan untuk semua orang, bagi penonton yang hanya mencari aksi bombastis dan efek visual tanpa beban emosional, film ini mungkin terasa terlalu introspektif. Tapi, bagi mereka ingin lebih dari sekedar popcorn movie, film ini dalah penawar rindu akan cerita superhero dengan hati nurani. Tontonlah di layar sebesar mungkin (IMAX sudah pasti direkomendasikan) dan biarkan para anti-hero ini mencuri empati sekaligus kekaguman kalian, dengan cara “Thunderbolts*” atau juga disebut ……. Tontonlah sendiri.