Mari kita sambut babak baru dari sinetron realita Indonesia berjudul: “Netizen+62 Mengadili Dunia”. Kali ini, korban utama bukan influencer, bukan aktor atau aktris film, bukan juga selebgram, melainkan Lele Laila-penulis skenario film-film horor box office Indonesia, diantaranya Pabrik Gula, KKN di Desa Penari, Danur, Badarawuhi di Desa Penari, dan masih banyak lagi, yang mungkin pernah bikin kamu tidak bisa tidur nyenyak tapi sekarang justru bikin dia kepikiran untuk tidak hidup lagi.
Dalam sebuah curhatan getir di Twitter (yang kini berubah nama menjadi X, tapi masih penuh kebencian yang sama), Lele Laila menumpahkan isi hatinya, “Saya suka menulis film, suka bikin film yang ditonton jutaan orang… tapi orang-orang film dan jari-jarinya kadang bikin saya pengen mati.” Boom. Kalau itu bukan kalimat pembuka film drama psikologis, kita nggak tahu lagi.
Lebih pedihnya lagi, Lele bilang ada orang-orang yang bahkan nggak kenal dia tapi dengan percaya diri level dewa bilang: “lebih baik kamu mati aja.”

Luar biasa ya. Kekuatan opini publik memang bisa membangun karier… atau menggali lubang untuk mengubur semangat orang hidup-hidup. Bahkan karakter di film horor ciptaannya saja mungkin tak seseram komentar netizen yang merasa punya remote control untuk menentukan siapa saja yang layak hidup.
Dan tentu saja, seperti biasa, sebagian netizen bilang, “ini kan cuma kritik.” Iya, tentu. Kritik level Final Destination.
Lele Laila bukan hanya curhat, tapi juga memberikan potret suram industri hiburan tanah air: yang kerja kerasnya dinilai bukan dari kualitas atau pesan, tapi dari seberapa relatable di mata warganet yang merasa punya lisensi Tuhan untuk menghakimi.

Netizen, sejenak mari kita angkat tangan kita dari keyboard dan bertanya: apakah kritik film harus sampai menginginkan penulisnya tiada? Apakah menyusun 280 karakter penuh racun adalah pencapaian hidup tertinggi seseorang?
Kritik itu penting, tentu. Tapi jika kritik mu lebih mirip surat kutukan ketimbang ulasan film, mungkin yang perlu kamu tonton bukan film Pabrik Gula, tapi tayangan renungan malam.
Lele Laila tidak meminta simpati. Tapi dari balik tulisan dan postingannya, kita tahu satu hal: industri ini keras, tapi jempol netizen bisa lebih tajam dari sembilu. Jadi sebelum mengetik, ingatlah-tombol backspace itu diciptakan bukan tanpa alasan