“Anak Abah” Boleh Berbangga, Film “Senyum Manies Love Story”: Kisah Cinta Anies Baswedan, Akhirnya Tayang di Bioskop!

Ditengah hiruk pikuk sinema Indonesia yang tengah menggeliat dengan cerita-cerita yang berani menyentuh tabu, Senyum Manies Love Story hadir bak bunga di tengah hamparan beton-indah dalam maksud, tapi membingungkan dalam konteks. Film ini menawarkan satu hal yang jarang dijual di bioskop hari ini: kisah cinta yang steril, penuh tata krama, dan jauh dari pelukan. Karena memang, siapa bilang cinta harus menyentuh?

Disutradarai oleh Ronny Mepet dan ditulis oleh Tisa TS, film ini mengangkat kisah cinta masa muda Anies Baswedan dan Fery Farhati. Sebuah kisah nyata yang ditarik dari kenangan kampus, diolah menjadi narasi film, dan disajikan sebagai “sumber inspirasi” untuk generasi muda. Barangkali, ini adalah bentuk sinema paling ‘terjaga’ yang pernah kita lihat di era pasca-reformasi.

Official Poster film “Senyum Manies Love Story” (foto: cinemags.org)

Cinta yang Dipresentasikan, Bukan Dirasakan

Kisah cinta Anies dan Fery dalam film ini terasa seperti transkrip kegiatan kampus yang difilmkan. Bertemu saat orientasi mahasiswa baru, berdiskusi soal visi hidup, lalu menikah setelah melalui perjalanan yang hampir bebas konflik. Sebuah kisah cinta yang jika diputar di ruang seminar keluarga, mungkin akan disambut tepuk tangan. Tapi di bioskop, kisah semacam ini menuntut lebih: dinamika emosi, keintiman yang tak harus vulgar, serta lapisan psikologis yang lebih dari sekadar senyuman manis di koridor fakultas.

Fahad Haydra, yang memerankan Anies muda, telah melakukan transformasi fisik dan mental demi peran ini. Tapi tidak ada aktor sehebat apapun yang bisa menyelamatkan karakter dari naskah yang terlalu sibuk menjaga moral sampai lupa membangun konflik.

Tanpa Sentuhan, Penuh Simbol

Satu hal yang terus digemakan oleh promosi film ini adalah: tidak ada sentuhan fisik sama sekali. Sebuah prestasi sinematik, katanya. Tapi pertanyaannya: apakah itu menjadikan kisah ini lebih kuat atau justru lebih datar? Dalam banyak adegan, absennya gestur manusiawi membuat hubungan dua tokoh utama terasa seperti perjanjian kerja sama, bukan hubungan emosional.

Mungkin inilah cinta versi dunia steril: penuh etika, tapi kehilangan denyut nadi.

Sebuah Film atau Sebuah Pernyataan Publik?

Sulit menonton Senyum Manies Love Story tanpa menyadari konteks siapa tokoh yang diangkat. Ini bukan sekadar cerita cinta dua mahasiswa. Ini adalah fragmen kehidupan publik figur yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden. Maka, wajar jika sebagian penonton mengernyit: apakah ini film, atau perpanjangan dari kampanye naratif?

Dalam konteks ini, Senyum Manies menjadi film yang berdiri di ambang tipis antara dokumentasi romantis dan sinema promosi. Ini bukan dosa, tapi juga bukan seni yang bebas dari agenda.

Pemeran dan Panggung Figuran

Daftar pemain film ini bagaikan album kenangan hiburan era 2000-an. Joe P Project, Emma Warokka, hingga sederet nama lain yang mungkin lebih familiar di layar kaca daripada layar bioskop. Tidak ada yang benar-benar buruk, tapi semuanya seperti terlalu nyaman berada di zona “cukup”.

Jika film ini ingin membangkitkan inspirasi, seharusnya ia juga berani mengguncang rasa. Tapi sayangnya, film ini lebih memilih menjadi tenang, tertib, dan aman—terlalu aman, bahkan untuk menyentuh hati.

Akhir Kata: Romantis, Tapi Jauh dari Relatable

Senyum Manies Love Story barangkali adalah film yang akan dihargai oleh sebagian orang sebagai teladan moral dan nilai. Tapi dalam dunia sinema yang tumbuh lewat kompleksitas dan kegelisahan, film ini terasa lebih seperti pidato sore hari: baik, penuh niat, tapi sulit menempel dalam ingatan.Kita butuh lebih dari senyum untuk percaya pada cinta. Kita butuh percakapan yang tak selesai, kegagalan yang dirangkul, dan emosi yang tak disetrika rapi. Karena di situlah, cinta manusia tumbuh—bukan hanya dalam kisah yang manies, tapi dalam yang jujur.

Film “Senyum Manies Love Story” mulai tayang 12 Juni 2025 diseluruh bioskop Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *